PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBANTUAN VIDEO ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK MATERI HUKUM NEWTON DI SMP NEGERI 6 PERCUT SEI TUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan video animasi pada materi hukum newton memenuhi kriteria tinggi dan
aspek berpikir kritis apakah yang terkembangkan melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan video animasi pada materi hukum newton.
Jenis penelitian ini menggunakan metode Pre-Experimental Design dengan desain penelitian One group pretest-posttest design. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari
satu kelas yang berjumlah 30 siswa yaitu kelas VIII-3 SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan yang dipilih secara random sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kritis yang telah divalidasi dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 25 soal dengan memenuhi syarat validasi isi yaitu 0,379 sampai 0,666 dan memenuhi syarat reliabilitas sebesar 0,823. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata pretest 49 dan posttest sebesar 85,6 yang menyatakan data bersifat homogen. Pada uji normalitas diperoleh nilai Chi-Kuadrat pretest sebesar 29,646 dan posttest sebesar 12,763 yang menyatakan data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis (one sample t-test) diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,089 > 1,699. Pada pengujian gain ternomalisasi diperoleh n-gain sebesar 0,725 (72,5%) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan video animasi pada mteri hukum newton memenuhi kriteria tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa untuk aspek menjawab pertanyaan sebesar 72,83%, aspek menggunakan prosedur yang telah ditetapkan sebesar 50,16%, aspek mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk memutuskan jawaban yang mungkin
sebesar 66,67%, aspek mencari persamaan dan perbedaan sebesar 83,33%, aspek mendeduksi dan mempertimbangkan hasil dedukasi menginterpretasi kenyataan sebesar 78,33%, aspek menganalisis pendapat melihat persamaan dan perbedaan sebesar 20%, dan aspek mengidentifikasi suatu pendapat atau asumsi sebesar 40,33%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek berpikir kritis yang paling terkembangkan adalah aspek
mencari persamaan dan perbedaan.