PERANAN SANGGAR SENI FAOMASI NIAS DALAM PELESTARIAN ANSAMBEL FAMOZI GONDRA PENGIRING TARI MOYO DI KOTA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Peranan Sanggar Seni Faomasi Nias Dalam Pelestarian Ansambel Famõzi Gõndra Pengiring Tari Moyo Di Kota Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi Sanggar Seni Faomasi Nias di Kota Medan, untuk mengetahui ansambel famõzi gõndra pengiring tari moyo pada Sanggar Seni Faomasi Nias di Kota Medan, untuk mengetahui peranan Sanggar Seni Faomasi Nias dalam pelestarian ansambel famõzi gõndra pengiring tarimoyo di Kota Medan, dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Sanggar Seni Faomasi Nias dalam pelestarian ansambel famõzi gõndra pengiring tarimoyo di Kota Medan. Teori yang digunakan adalah teori eksistensi, teori ansambel, teori peranan, dan teori kendala.Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari pendiri Sanggar Seni Faomasi Nias (Bapak Hubari Gulo, M.Sn), ketua Sanggar Seni Faomasi Nias (Ibu Susi Berliana Ginting), 1 (satu) orang penari, 1 (satu) orang penyair lagu tari moyo, dan 1 (satu) orang pemain musik (dapat memainkan ketiga alat musik dalam ansambel famõzi gõndra). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan Sanggar Seni Faomasi Nias dalam pelestarian ansambel famõzi gõndra pengiring tarimoyo di Kota Medan dapat dilihat dalam beberapa hal, yakni sebagai wadah pemersatu muda/i Nias, wadah menyebarluaskan seni dan budaya untuk masyarakat luar (selain suku Nias), wadah pendidikan non formal bagi muda/i, sumber informasi, dan sebagai mitra Pemerintah untuk memajukan seni dan budaya daerah, khususnya pelestarian ansambel famõzi gõndra pengiring tari moyo. Ansambel famõzi gõndra pengiring tarimoyo ini terdiri dari 3 (tiga) alat musik yaituGõndra (Gendang), Aramba (Gong), dan Faritia (Canang). Kendala-kendala yang terjadi di dalam Sanggar Seni Faomasi Nias dalam pelestarian ansambel famõzi gõndra pengiring tari moyo di Kota Medan yaitu keterbatasan waktu dalam pelaksanaan jadwal latihan rutin, lokasi tempat tinggal anggota yang berjauhan, kurangnya tenaga pelatih tari dan musik, dan minat para mahasiswa/i yang semakin berkurang untuk melestarikan budayanya.