Struktur Tor-tor Sorangan Na Hinamiahan Dalam Ritual Penabalan Sisingamangaraja di Sanggar Budaya Sion Nauli Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasunduta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Struktur Tor-tor Sorangan Na Hinamiahan Dalam Ritual Penabalan Sisingamangaraja di Sanggar Budaya Sion Nauli Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini menggunakan teori struktur menurut Y Sumandiyo Hadi didukung dengan teori Ritual menurut Y Sumandiyo Hadi, teori sejarah menurut Prof. A. Daliman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019 sampai November 2019 di Sanggar Budaya Sion Nauli Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan. Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif yang bersifat Deskriptif. Sampel dalam penelitian ini tokoh seniman 1 orang, pengelola sanggar 3 orang, pemimpin upacara ritual 1 orang, penari 37 orang, pemusik 8 orang, jadi jumlah keseluruhan sampel sebanyak 50 orang. Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode observasi lapangan, wawancara, dokumentasi, dan studi keperpustakaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dulunya Tor-tor Sorangan Na Hinamiahan ini dilakukan pada saat penabalan seorang raja yaitu Raja Sisingamangaraja. Tor-tor ini berhenti pada masa kedudukan Sisingamangaraja XII. Sanggar Budaya Sion Nauli menghadirkan kembali Tor-tor ini agar tetap terjaga. Dalam Tor-tor Sorangan Na Hinamiahan terdiri dari 3 bagian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain yaitu diali dengan Tor-tor Parbanua Ginjang yang bertujuan untuk menurunkan Sahala Debata Na Tolu, dilanjut dengan Tor-tor Nahinamiahan yang bertujuan untuk mengenalkan seorang Raja yang sudah dipilih dan yang terakhir adalah Tor-tor Pangurason Sibaso Bolon yang bertujuan untuk menabalkan seorang raja sekaligus memberikan kesaktian yang pantas diterima.