PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTRUKTIVIS DAN PENDEKATAN KLASIKAL PADA SISWA KELAS VII MTSN KABANJAHE T.A 2017/2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir logis siswa yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivis dan pendekatan klasikal pada materi pecahan diMTsN Kabanjahe. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTsN Kabanjahe terdiri dari 6 kelas dengan jumlah keseluruhan 240 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling, dengan mengambil 2 kelas dari 6 kelas secara acak, maka terpilih kelas VII-3 dan VII-5 yang masing-masing berjumlah 40 siswa. Kelas VII-3 belajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivis dan kelas VII-5 belajar menggunakan pendekatan klasikal. Instrumen penelitian ini menggunakan tes uraian yaitu posttest yang telah divalidasi oleh 3 orang ahli.
Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hasil posttest siswa kelas eksperimen I adalah 82,8125 dengan standar deviasi adalah 7,514676. Nilai rata-rata hasil posttest siswa pada kelas eksperimen II adalah 80,125 dengan standar deviasi adalah 7,358712. Dari hasil analisis data berupa uji normalitas data posttest hasil belajar kelas eksperimen I diperoleh ( ) ( ) dan data posttest hasil belajar kelas eksperimen II diperoleh ( ) ( ). Dengan demikian dapat disimpulkan kedua kelas berdisitribusi normal. Dari hasil analisis data berupa uji homogenitas data posttest diperoleh nilai . Pada taraf signifikan diperoleh . Karena maka data posttest kedua sampel homogen.
Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t satu pihak yaitu pihak kiri. Dari hasil perhitungan diperoleh . Pada taraf signifikan diperoleh harga . Karena yaitu maka ini berarti bahwa diterima dan ditolak maka dapat disimpulkan kemampuan berpikir logis siswa yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivis lebih tinggi daripada pendekatan klasikal pada materi pecahan di kelas VII MTsN Kabanjahe, dan analisa lembar jawaban siswa dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen I memiliki kemampuan rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen II, pada hampir semua indikator berpikir logis di setiap butir tes, kecuali pada indikator silogisma karena siswa merasa kesulitan untuk mengingat atau membedakan angka, simbol-simbol, dalil-dalil matematika serta lemahnya berpikir abstrak dan kemampuan metakognisi pada siswa.