Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pangkat Tiga dan Akar Pangkat Tiga Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa di Kelas V-B SDN 101766 Bandar Setia T.A. 2021/2022

Permasalahan yang diteliti mengenai kurangnya pemahaman siswa
mengenai materi pangkat tiga dan akar pangkat tiga sehingga menimbulkan miskonsepsi siswa selanjutnya pemamahaman siswa dipengaruhi dengan adanya gaya belajar namun seluruh siswa tidak mengetahui gaya belajar yang dimilikinya. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran miskonsepsi pada materi pangkat tiga dan akar pangkat tiga yang ditinjau dari gaya belajar siswa oleh siswa kelas V-B SDN 101766 Bandar Setia yang dilakukan pada tahun ajaran 2021/2022. Jenis penelitian yang digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar tes gaya belajar, tes esai miskonsepsi, dan wawancara. Untuk mendeteksi miskonsepsi yang terjadi pada siswa, digunakan metode Certainty of Response Index (CRI) dengan rentang nilai 0-5 agar melihat tingkat keyakinan siswa dalam menjawab tes yang diberikan. Tes penetapan gaya belajar yang digunakan diambil dari rujukan VAK Learning Styles Self-Assesment Questionnaire oleh Chislett & Chapman yang diterjemahkan. Hasil penelitian diperoleh pada tes gaya belajar 58% atau 14 siswa memiliki gaya belajar visual, 21% atau 5 siswa memiliki gaya belajar auditori, dan 21% atau 5 siswa juga memiliki gaya belajar kinestetik. Selanjutnya pada tes esai bahwa 47% mengalami miskonsepsi, 27% siswa mengalami paham konsep, 20% tidak tahu konsep, dan 6% tidak paham akan konsep. Untuk pengambilan subjek penelitian diambillah 3 siswa dari setiap perwakilan masing-masing dari tes gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik) dan siswa yang memiliki jawaban miskonsepsi terbanyak. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa siswa dengan gaya belajar visual (SV) cenderung mengalami miskonsepsi penggeneralisasian, siswa dengan gaya belajar auditori (SA) cenderung mengalami miskonsepsi penggeneralisasian, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik (SK) cenderung mengalami miskonsepsi bahasa.