PENGARUH LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG TERHADAP SKRINING FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAN N-HEKSANA TAMBAR TINUKTUK

Tinuktuk merupakan salah satu makanan yang dipercayai oleh
etnis Simalungun memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit
dalam. Maserasi adalah proses perendaman sampel untuk menarik komponen yang
diinginkan dengan kondisi dingin diskontinyu. Suatu bahan obat dapat dilakukan
uji klinik apabila sudah terbukti secara ilmiah uji toksisitasnya. Uji toksisitas
dilakukan untuk mengetahui efek toksik dalam suatu bahan alam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan pada suhu ruang terhadap
skrining fitokimia dari etanol dan n-heksana tambar tinuktuk dan mengetahui
pengaruh jenis pelarut polar dan non polar pada hasil ekstraksi tambar tinuktuk.
Sampel tambar tinuktuk yang digunakan adalah tambar tinuktuk utama dan
pembanding. Pelarut yang digunakan dalam maserasi adalah etanol dan n-heksana.
Ekstrak yang didapatkan akan diuji skrining fitokimia dan uji toksisitas. Tidak ada
pengaruh pada hasil skrining fitokimia ekstrak tambar tinuktuk dari nol minggu,
satu minggu, dua minggu, tiga minggu, empat minggu hingga lima minggu
penyimpanan. Pelarut etanol (polar) memiliki nilai LC50 yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut n-heksana (non polar), dengan begitu ekstrak etanol
memiliki tingkat toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak nheksana.
Nilai LC50 ekstrak etanol tambar tinuktuk utama pada nol minggu
penyimpanan 15,477 ppm dan pada lima minggu penyimpanan 46,403 ppm dan
nilai LC50 ekstrak etanol tambar tinuktuk pembanding pada nol minggu
penyimpanan 19,319 ppm dan pada lima minggu penyimpanan 27,482 ppm.
Sedangkan nilai LC50 ekstrak n-heksana tambar tinuktuk utama pada nol minggu
penyimpanan 64,462 ppm dan pada lima minggu penyimpanan 91,469 ppm dan
ekstrak n-heksana tambar tinuktuk pembanding pada nol minggu penyimpanan
79,295 ppm dan pada lima minggu penyimpanan 82,421 ppm.