PERISTIWA JEMBATAN LAU BIANG ( TITI BAMBU ) SEBAGAI BUKTI SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT TANAH KARO MELAWAN BELANDA ( 1947-1948)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang penyebutan atau pemberian nama Jembatan Lau Biang, jalanya peristiwa Titi Bambu di Tanah Karo dan pemaknaan masyarakat setempat terhadap Peristiwa Titi Bambu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitan sejarah dengan 4 tahapan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretsi dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa latar belakang penamaan Lau biang berasal dari cerita rakyat Kandibata bahwa aliran sungai tersebut muncul karena sekor anjing yang menggali lobang saat hendak berburu dari kejadian inilah muncul aliran mata air yang sekarang disebut Sungai Lau Biang .Lau yang berarti air, Biang yang artinya anjing, yang berarti air anjing. Peristiwa Titi Bambu pada tahun 1947-1948 merupakan perjuangan rakyat tanah karo semasa Belanda datang ke Tanah Karo dan ingin menduduki Kota Kabanjahe, serta desa - desa di Tanah Karo. Salah satu desa di Tanah Karo yang diduduki Belanda adalah Desa Kandibata. Perlawanan masyarakat Karo Desa Kandibata terhadap Belanda menyebabkan terjadinya peristiwa Titi Bambu yang menewaskan tentara resimen 1 yang pada saat itu hendak melintasi Titi Bambu. Dari data yang di peroleh dari masayarakat sekitar dapat di simpulkan bahawa peristiwa Titi Bambu tidak memiliki makna bagi masayarakat setempat, bisa terlihat dengan tidak ada ditemukan tugu/ palang disekitar lokasi pertempuran atau pun membuat acara peringatan setiap tahun di bulan terjadinya peristiwa Titi Bambu sebagai pengingat peristiwa bersejarah di Desa Kandibata.