Peta Sebaran Bangunan – Bangunan Bersejarah Kota Tanjungbalai Tahun 1944

Penelitian berjudul Peta Sebaran Bangunan - Bangunan Bersejarah Kota Tanjungbalai tahun 1944 ini bertujuan untuk pertama mengidentifikasi bangunan - bangunan bersejarah di kota Tanjungbalai, kedua untuk mengetahui sejarah setiap bangunan – bangunan sejarah kota Tanjungbalai.ketiga untuk mengetahui pemetaan bangunan-bangunan sejarah Tanjungbalai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang memiliki 4 tahapan, yaitu: (1) Heuristik, (2) Verifikasi, (3) Interpretasi dan (4) Historiografi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik pendekatan sejarah kota. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa (1) Kota Tanjungbalai menjadi Kota Modern atau Kota Gementee ditetapkan pada tahun 1917 berdasarkan Besluit G.G, dengan Stbl.1917 No 284. Latar belakangnya Tanjungbalai berstatus Gementee karena Posisi Kota Tanjungbalai di daerah kawasan Maritim dan Peran Pelabuhan Tanjungbalai yang menjadikan pusat perhatian pemerintah Belanda karena berhadapan langsung dengan selat malaka serta awal pintu masuknya orang orang Eropa di daerah kekuasaanya (Tanjungbalai). (2) Berdasarkan peta sejarah bahwa sebaran bangunan - bangunan bersejarah di Tanjungbalai di kelompokkan menjadi dua kawasan, kawasan pertama disebut dengan kawasan Belanda, kawasan kedua disebut dengan kawasan Kerajaan Asahan. pada kawasan Belanda terdapat banyak bangunan yang di bangun oleh pemerintah Belanda, wilayah bangunan – bangunan sejarah di kawasan ini terhitung pada wilayah kekuasaan Belanda di Tanjungbalai pada saat bersetatus Gementee, sekarang wilayah ini terdapat di Kecamatan Tanjungbalai Selatan yang terdiri dari kelurahan Tanjungbalai Kota I & II, sebagian Kelurahan Karya, dan Kelurahan Indrasakti namun masih terdapat beberapa titik koordinat bangunan Belanda di Kecamatan Tanjungbalai Utara dan Teluk Nibung mengingat lokasi yang sangat strategis dari berdirinya setiap bangunan.(3) Sejarah berdirinya bangunan - bangunan pada kedua kawasan memiliki latar belakang sendiri, pada kawasan Belanda pembangunan ini di latar belakangi dengan kepentingan bagi pemerintah Belanda sendiri kerna mengingat bahwa status Tanjungbalai menjadi kota Gementee maka dibutuhkan pembangunan sarana dan prasarana. pembangunan itu berada di pusat kota atau paru paru kota yang berdekatan dengan pelabuhan. Pada kawasan kerajaan Asahan juga berada di pusat kota namun ketika Tanjungbalai berstatus gementeemaka pihak kesultanan hanya diperbolehkan mengurus adat istiadat saja maka tidak heran lagi bangunan bangunan dari kerajaan Asahan di luar dari paru paru kota atau jauh dari pelabuhan