Rahmadana, Muhammad Fitri (2020) MONOGRAF PENGARUH FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK PADA KOMUTER TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH. CV. Pena Persada, Jawa Tengah. ISBN 978-623-315-663-9
Book.pdf - Published Version
Download (4MB) | Preview
Abstract
Pada dasarnya migrasi adalah pergerakan penduduk
secara geografis, atau perpindahan penduduk dari satu
tempat ke tempat lain. Hugo (1986) membedakan migrasi
dalam dua kategori, yaitu migrasi permanen dan non
permanen. Perbedaannya terletak pada tujuan pergerakan
tersebut. Bila seorang migran bertujuan untuk pindah tempat
tinggal secara tetap, migran tersebut dikategorikan sebagai
migran permanen, sebaliknya bila tidak ada niat menetap di
tempat tujuan dikategorikan sebagai migran sirkuler. Mantra
(2000) menambahkan satu lagi bentuk yang disebut komutasi,
yaitu pergerakan penduduk yang dilakukan dengan cara
pergi ke tempat kerja dan pulang ke rumah pada hari yang
sama. Berbeda dengan migrasi permanen yang memboyong
seluruh anggota keluarganya dan menetap di daerah tujuan,
migrasi sirkuler adalah migran, yang meskipun bekerja di
tempat tujuan, tetapi umumnya keluarga masih tetap tingggal
di daerah asal.
Dikatakan Jellinek (1986), bahwa migran sirkuler adalah
migran yang meninggalkan daerah asal hanya untuk mencari
nafkah, tetapi mereka menganggap dan merasa tempat tinggal
permanen mereka di tempat asal, di mana terdapat isteri,
anak, dan kekayaannya.
Secara objektif, keberadaan migran sirkuler (penglaju)
tidak melulu menyebabkan hal-hal negatif namun kehadiran
para migran sirkuler (penglaju) juga memberikan dampak yang
positif terhadap pengembangan sebuah wilayah. Pembangunan
jalan, jembatan, gedung perkantoran, dan perumahan tidak
terlepas dari para pekerja di sektor informal misalnya buruh
bangunan. Beroperasinya pabrik di kawasan-kawasan industri
yang terletak di daerah tujuan daerah tujuan besar juga tidak terlepas dari buruh migran sirkuler (penglaju). Berkembangnya
pusat-pusat jajanan, pusat hiburan, sekolah, rumah sakit di
daerah tujuan belum tentu semuanya dinikmati oleh penduduk
dalam daerah tujuan itu sendiri, namun kenyataannya juga
dinikmati oleh para migran sirkuler (penglaju) dan keluarganya
yang kesemuanya memicu berkembangnya industri-industri
tersebut dengan tingkat daya beli masyarakat baik yang tinggal
didaerah tujuan tersebut maupun di interland-nya.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan di ibukota
Negara kita, jumlah pendatang pasca-Lebaran pada tahun 2004
mencapai 190.356 orang, turun 7,07% dibandingkan tahun 2003.
begitu juga tahun 2005 dimana jumlah pendatang baru
mencapai 180.767% orang, turun 5,04% dibandingkan tahun
sebelumnya.
Tren penurunan jumlah pendatang baru ke Jakarta juga
terjadi pada tahun 2006 dimana pendatang baru tercatat 124.427
orang, turun 31,17% dibandingkan tahun 2005. Lalu, pada
tahun 2007, angka pendatang baru ke Jakarta juga menurun
menjadi 88.473 orang, turun 19,29% dibandingkan tahun 2007,
kemudian pada tahun 2009, jumlah pendatang baru ke Jakarta
kembali turun menjadi 69.554 orang, lebih rendah 21.38%
dibanding tahun 2008. Pendatang inilah yang kemudian
berdomisili di daerah sekitar Jakarta dan kemudian menjadi
pekerja komuter yang bekerja di Jakarta.
Item Type: | Book |
---|---|
Keywords: | persoalan tentang migrasi; kondisi geografis kota Medan; rasio ketergantungan; pengembangan wilayah |
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology > GN301 Ethnology. Social and cultural anthropology G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology > GN406.1 Technology. Material culture H Social Sciences > HB Economic Theory. Demography H Social Sciences > HB Economic Theory. Demography > HB848 Demography. Population. Vital events |
Divisions: | Fakultas Ekonomi |
Depositing User: | Mrs Catur Dedek Khadijah |
Date Deposited: | 01 May 2023 04:35 |
Last Modified: | 01 May 2023 04:35 |
URI: | https://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/51944 |