Bahan Ajar Sejarah Perjuangan Bangsa Melalui Pers Di Sumatera Utara Tahun 1916-1925

Dalam perkembangan Sejarah Pers, Sumatera Utara
telah menjadi bahan pemberitaan orang-orang diluar negeri
selama kurang lebih 7 abad yang sengaja datang dan
berkunjung baik dengan tujuan berdagang, melihat keindahan
alam yang ada dan meneliti persuratan dan batu bersurat di
negeri ini. Prasasti Tanjore di India menceritakan tentang
tarjadinya peristiwa serangan Rajendracola I dari India ke
Sumatera Utara khususnya Panei di sekitar tahun 1025.
Kedatangan Marcopolo yang berasal dari Itali di sekitar abad
13 menceritakan mengenai kerajaan-kerajaan di Sumatera
Utara, termasuk Pansur (Barus). Tidak hanya dari India dan
Itali, namun kedatangan Ma Huan yang berasal dari Tiongkok
juga menceritakan mengenai Aru (Deli) di dalam karyanya
yang berjudul “Ying-Yai Sheng-Lan” di abad ke 15. Bahkan
Berita-berita mengenai bangsa Portugis yang berasal dari cerita
Tom Pires dan Mendes Pinto yang merebut Malaka pada tahun 1511 juga turut memperluas pengetahuan orang-orang asing
tentang wilayah Nusantara.1
Munculnya karya berupa buku dengan judul “History of
Sumatera” di tahun 1811 yang dihasilkan oleh Williem
Marsden atas pengetahuan yang dimilikinya. Di dalam buku
tersebut dia menceritakan bagaimana keadaan Tapanuli yang
saat itu dipengaruhi oleh Inggris. Salah satunya adalah kesan
perlawatan residen Gilers Holloway dan Charles Miller enam
tahun sebelumnya yang melewati Batang Toru, Hutaimbaru,
Batang Onan ke Pangkadulut. Kemudian, sebuah penerbitan di
Boston, Amerika Serikat, 18 Mei 1790 mengatakan bahwa
kapal yang dinakhodai oleh Carmer dengan membawa hasil�hasil bumi dari pelabuhan pantai barat yang antara lain adalah
Tappanoley (Sibolga). Kebagian Pantai sebelah Timur
Sumatera, yaitu Deli dan Langkat, Serdang, Batubara dan
Asahan, seorang pegawai tinggi Inggris di Penang, yakni John
Anderson pada tahun 1822/1823 berkunjung dan menceritakan
di dalam bukunya yang berjudul “Mission to the Eastcoast of
Sumatera” kesan-kesan secara rinci mengenai kerajaan�kerajaan kebudayaan dan perdagangan yang terjadi pada masa
itu. Beberapa tahun sebelumnya di Singapura telah terbit
sebuah surat Kabar Inggris bernama “Singapore Chronicle”
dan di Pinang bernama “Prince of Wales Island Gazette”.
Surat-surat kabar ini sudah memuat berita-berita dari Pantai
Timur Sumatera, termasuk berita dagang atau perkapalan. Lalu,
ketika Belanda mulai menjejak kakinya di Deli tahun 1862
berita-berita yang disiarkan disana umumnya merugikan
Belanda. Diantara yang menonjol adalah pemberitaan “Pinang Gazette” disekitar tahun 1862/1863, bahkan seterusnya.
Pemberitaan surat kabar tersebut pada tanggal 6 September
1862 mengabarkan peristiwa kedatangan kapal Perang Belanda
ke wilayah ini yang membawa residen Belanda dari Riau, E.
Netscher dan pasukannya. Dapat disimpulkan bahwa surat�surat kabar asing waktu itu yang mungkin mencapai Sumatera
Utara hanya dibaca oleh orang asing sendiri. Masyarakat
Belanda di Sumatera Utara yang mungkin sudah dicapai oleh
surat kabar Inggris dari Straits Settlements
(Malaysia/Singapura), sebelum terbitnya surat kabar Belanda
di Medan pada tahun 1885, demikian pula dengan masyarakat
pribumi di daerah ini yang mungkin telah dapat dicapai oleh
surat kabar berbahasa Melayu yang terbit di Singapura atau
Penang sebelum terbitnya surat kabar nasional disini. Ini
berarti bahwa penduduk pribumi Deli telah mengenal
persuratkabaran lebih kurang sekitar 20 tahun sebelum Medan
menerbitkan surat kabar sendiri yang berbahasa Indonesia di
tahun 1902.