Sejarah Sosial Papua

Buku ini ditulis di tengah dinamika sosial di
Indonesia, ketika relasi sosial antara orang
Papua dengan para pendatang sedang
mengalami pasang surut sehubungan
dengan bentrok fisik yang diawali aksi
demo dari Abepura ke Jayapura pada
tanggal 29 Agustus 2019. lnteraksi
harmonis selama ini menjadi tercemar
dengan adanya demo anarkis, perusakan
bangunan dan toko-toko milik pendatang
di sepanjang jalan yang dilewati para
demonstran. Ketegangan sosial antara
orang Papua dan non-Papua bukanlah
yang pertama kali terjadi, namun
peristiwa di Jayapura beberapa waktu
yang lalu merupakan konflik terbuka
yang kemungkinan besar merupakan
akumulasi masalah kecemburuan sosial
ekonomi selama ini (Janur, liputan6.com
5 September 2019).
Merujuk pada buku Papua Road Map
dari LIPI (2009) mengenai akar masalah
di Papua, diduga terutama karena orang
Papua merasa ada proses marjinalisasi
dan diskriminasi, mengingat masyarakat
pendatang dipandang lebih mampu
menguasai perekonomian lokal di hampir
seluruh wilayah Papua dan Papua Barat.
Bahkan pendatang juga ikut menjadi
penjual pinang di pasar tradisional
Papua, padahal pinang merupakan
produk lokal yang merupakan mata
pencaharian utama orang Papua sebagai
sumber penghidupan mereka sehari-hari, termasuk untuk membiayai sekolah anak
sampai perguruan tinggi