Tradisi Mangido Doah Etnis Mandailing Pada Hari Raya Idul Fitri Sebagai Penguat Kekerabatan Di Desa Aek Guo Kecamatan Batang Natal

Penelitian ini berisi tentang tradisi mangido doah etnis Mandailing pada hari raya idul fitri sebagai penguat kekerabatan di desa Aek Guo kecamatan Batang Natal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tradisi mangido doah saat hari raya idul fitri dan tradisi mangido doah sebagai penguat kekerabatan pada masyarakat di desa Aek Guo kecamatan Batang Natal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini dilakukan di desa Aek Guo kecamatan Batang Natal kabupaten Mandailing Natal. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasi untuk mendapatkan data dan informasi yang mendalam tentang pelaksanaan tradisi mangido doah dan fungsi tradisi mangido doah sebagai penguat kekerabatan pada masyarakat desa Aek Guo, selain itu penulis juga melakukan wawancara mendalam untuk lebih memahami pelaksanaan tradisi mangido doah dan fungsi tradisi mangido doah sebagai penguat kekerabatan, dan dokumentasi sebagai bukti pelaksanaan penelitian. Hasil penelitian ini adalah bahwa tradisi mangido doah sudah menjadi tradisi wajib bagi masyarakat etnis Mandailing setiap hari raya idul fitri pertama yang dilakukan oleh para kaum laki-laki dari rumah ke rumah, tradisi mangido doah ini diawali dengan tuan rumah meminta maaf terlebih dahulu sekaligus mengungkapkan apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi mangido doah dirumahnya, lalu membacakan tahtim-tahlil pendek yang ditutup dengan doa lalu acara terakhir yang merupakan inti dari tradisi mangido doah yaitu acara makan bersama. Tradisi mangido doah ini tidak hanya dapat diikuti oleh penduduk tetap tetapi juga dapat diikuti oleh para pendatang atau penduduk yang lahir di desa Aek Guo tetapi merantau dan pulang setiap hari raya idul fitri. Tradisi mangido doah ini bukanlah tradisi adat yang formal dan merupakan acara keluarga yang hanya akan melibatkan saudara-saudara terdekat saja oleh karena itulah peran yang paling terlihat pada saat pelaksanaan tradisi mangido doah ini yaitu peran dari kahanggi baik itu kahanggi dari ayah atau juga kahanggi dari ibu yang merupakan saudara yang paling dekat., kahanggi juga dapat berasal dari luar pertalian darah akan tetapi masih satu marga misalnya seperti marga rangkuti memiliki kahanggi yang berasal dari marga rangkuti lainnya maka itu tetap masuk kedalam bagian kahanggi walaupun berasal dari luar daerah