KEPUASAN KLIEN DALAM PERSPEKTIF KUALITAS AUDIT DAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA

Menurut Davidson dan Neu (1993), kualitas audit dipandang sebagai satu dari beberapa faktor yang memengaruhi kredibilitas informasi keuangan. DeAngelo (1981) mengatakan kualitas audit adalah nilai probabilitas auditor akan (1) menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien dan (2)
melaporkan pelanggaran tersebut. Dia berpendapat bahwa kantor audit yang telah mapan dan memiliki banyak klien dianggap memiliki tingkat indepen densi yang lebih tinggi, karena masing-masing klien secara individu dianggap tidak signifikan terhadap keberadaan kantor-kantor audit besar. General Accounting Office – GAO (2004) berpendapat bahwa kualitas audit mengacu pada auditor yang melaksanakan audit dan kesesuaiannya terhadap strandarstandar audit yang diterima secara umum (Generally Accepted Auditing Standards – GAAS) dalam memberikan jaminan dan keyakinan yang memadai
bahwa laporan keuangan yang diaudit telah (1) dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan (2) tidak mengandung kesalahan yang material, baik yang muncul karena ketidaksengajaan maupun kecurangan. Ukuran kualitas audit termasuk nilai-nilai seperti: (1) akrual
(Becker et al, 1998, Francis et al, 1999, Francis and Kristhen, 1999; Bartov et al, 2000; Myers et al 2003; Francis and Wang 2007). (2) Akrual perolehan modal
kerja yang tidak normal (Abnormal working capital accrual – AWCA) (Defond dan Park 2001) (3) Biaya tidak wajib yang telah dicatat namun belum dibayarkan (Francis and Krishnan, 1999, Johnson, Khurana and Reynolds, 2002, Hamilton et al, 2005 Carey and Simnett, 2006) (4) Biaya dan Jam Audit (Deis
and Giroux 1996, Caramanis and lennox 2008) (5) hubungan antara keuntungan perusahaan dan pendapatan tidak terduga (Ghosh and Moon, 2005) (6) kecenderungan untuk mengeluarkan opini audit yang telah dimodifikasi (Lim and Tan 2008, Firth, Rui and Wu, 2012).