MINORITAS ETNIS ARAB DI KOTA MEDAN (STUDI PEMBAURAN SOSIAL PADA MASYARAKAT MULTIKULTUR DI KELURAHAN PANDAU HULU II KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN)

Penelitian ini: (1) Bertujuan untuk mengetahui cara etnis Arab beradaptasi dilingkungan masyarakat Kelurahan Pandau Hulu II (2) dan mengetahui pembauran sosial antara etnis Arab dengan etnis yang berada di Pandau Hulu II. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Observasi dilakukan dimana penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan mengenai pembauran sosial etnis Arab di kelurahan Pandau Hulu II dengan etnis sekitar di tempat penelitian, penulis juga mengamati bagaimana kehidupan keluarga etnis Arab di Kelurahan Pandau Hulu II Kecamatan Medan Area Kota Medan. Untuk memperdalam data yang diperoleh maka dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara kepada beberapa informan yang dianggap dapat memberikan keterangan yang lebih akurat dengan cara mempertanyakan secara langsung kepada beberapa pihak-pihak yang terlibat dalam pembauran sosial etnis Arab. Penelitian ini berfokus pada subyek (emik) juga diimbangi dengan interpretasi penulis (etik). Dalam hal ini peneliti memperoleh hasil penelitian sebagai berikut (1). Adaptasi yang dilakukan etnis Arab di kelurahan Pandau Hulu II tidak terlepas dari history migrasi etnis Arab itu sendiri yakni Etnis Arab yang melakukan migrasi dipengaruhi oleh faktor intern yaitu untuk mencari harta kekayaan, yang mana juga diikuti dengan budaya merantau tanpa membawa pasangan hidup ataupun isteri yang dilakukan oleh para lelaki. Kondisi itu mendukung untuk terjadinya adaptasi dasar yaitu melakukan pernikahan dengan etnis pribumi Indonesia. Pernikahan itu melahirkan konsep bagi generasi etnis Arab sekarang ini sebagai muwallat Indonesia (etnis Arab keturunan Indonesia) sekaligus menjadikan etnis Arab memiliki pemahaman mengenai etnis pribumi Indonesia sebagai akhwal (Saudara Ibu), (2). Adaptasi itu menghasilkan pembauran sosial etnis Arab di kelurahan Pandau Hulu II dengan etnis sekitar antara lain terjadi pada pembauran pemukiman, ekonomi dan keagamaan, yang mana pembauran sosial tersebut menjadikan terciptanya untuk hidup berdampingan secara damai (peaceful coexistence) sebagai bentuk dari masyarakat multikultural