PELAKSANAAN PROGRAM IKATAN GURU INDONESIA (IGI) DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DI ACEH TIMUR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Ikatan Guru
Indonesia (IGI) dalam pengembangan kemampuan guru membuat media
pembelajaran di Aceh Timur, melalui (1) mendeskripsikan keberhasilan
pelaksanaan program IGI dalam pengembangan kemampuan guru membuat media
pembelajaran berbasis TIK di Aceh Timur, (2) mendeskripsikan kendala-kendala
dalam pelaksanaan program-program IGI dalam pengembangan kemampuan guru
membuat media pembelajaran berbasis TIK di Aceh Timur, dan (3)
mendeskripsikan kendala-kendala guru SMA/SMK menerapkan media
pembelajaran berbasis TIK di Aceh Timur. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Responden terdiri dari kepala SMA dan
SMK Negeri di Aceh Timur, guru-guru SMA dan SMK Negeri di Aceh Timur
dan pengurus IGI Aceh Timur. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi
dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yang
mengacu kepada pendapat Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan program IGI dalam pelatihan membuat media pembelajaran
bagi guru SMA/SMK dia Aceh Timur sudah berjalan secara efektif sesuai dengan
aspek-aspek program yang digunakan, yaitu pemahaman program, ketepatan
sasaran program, ketepatan waktu program, ketercapaian tujuan program dan
perubahan nyata sebelum dan sesudah mengikuti program. Kendala-kendala IGI
dalam pelaksaaan program yaitu (1) guru-guru banyak tersebar diwilayah-wilayah
yang sangat jauh, sehingga sulit untuk pendampingan berkelanjutan, (2) IGI tidak
memiliki anggaran khusus untuk melaksanakan program guru, (3) sponsor lokal
susah didapatkan , dan (4) guru-guru masih berorientasi pelatihan dapat uang dan
sertifikat. Sedangkan kendala-kendala guru dalam menerapkan media
pembelajaran disekolah antara lain (1 ) masih kurang fasilitas/sarana sekolah
seperti proyektor/infokus dan komputer, (2) sebagian jaringan instalasi listrik
(arus listrik) diruangan kelas belum terpasang, (3) jaringan WiFi (internet)
sekolah yang belum memadai , (4) masih banyak sekolah yang belum memiliki
ruang multimedia, dan (5) masih seringnya listrik mati pada jam-jam belajar.