POLITIK IDENTITAS ETNIS DALAM PILKADA PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA BINJAI TAHUN 2015

Penelitian ini mengangkat tema mengenai politik identitas etnis dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Binjai tahun 2015. Adapun yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah ingin melihat keterlibatan politik identitas etnis dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Binjai tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode antropologi politik dengan pendekatan fungsionalis dimana pendekatan ini dibangun antara klan-klan dan berdasarkan garis-garis keturunan etnis yang memungkinkan adanya hubungan politik dengan kelompok maupun organisasi etnis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (depth interview), pengamatan (observasi) dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan yaitu masyarakat yang mengalami dan merasakan langsung dari adanya pengaruh yang dilakukan oleh pasangan calon dengan menggunakan identitas etnis. Sehingga informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Binjai Utara yaitu sebanyak 24 orang informan yaitu masing-masing 5 orang dari etnis Melayu, Jawa, Batak, Minang, dan 4 orang dari etnis Tionghoa, juga 1 orang dari Partai Demokrat, dan 1 orang dari PKS sebagai informan dari Partai yang mendukung pasangan calon yang terpilih.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Binjai pada Tahun 2015 keterlibatan dari etnis memiliki peran dalam hal untuk menjadi sumber suara. Hubungan identitas etnis menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan oleh pemilih. Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota menggunakan pola pendekatan-pendekatan terhadap identitas etnis yang ada di Binjai Utara. Keberadaan dari kelompok-kelompok etnis mampu dimanfaatkan oleh pasangan calon dengan cara menggunakan pendekatan-pendekatan sebagai tempat atau basis mendulang suara. Adanya hubungan kekerabatan antar etnis yang terjadi dari pendekatan tersebut juga menjadi alasan masyarakat untuk memilih. Selain itu terdapat dukungan dari etnis seperti mensosialisasikan kembali dan mengajak keluarga untuk memilih salah satu pasangan calon. Sementara itu dari adanya identitas-identitas etnis tersebut menjadi sebuah kekuatan politik untuk mendapat dukungan suara