PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 SALAPIAN

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah, (2) perbedaan motivasi belajar matematika siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dan siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah, (3) proses jawaban siswa yang memperoleh pembelajaran kontektual dan siswa yang memperoleh pembelajraran berbasis masalah, dan (4) respon siswa terhadap pembelajaran kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Salapian dengan sampel penelitian adalah Kelas VII-B yang diberikan perlakukan pembelajaran kontekstual dan kelas VII-C yang diberikan perlakuan pembelajaran berbasis masalah. Instrumen penelitian terdiri dari: (1) tes kemampuan awal matematika, (2) tes kemampuan pemecahan masalah matematika, (3) angket motivasi belajar metamatika, dan (4) angket respon siswa. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistic deskriptif dan statistic inferensial. Analisis inferensial yang digunakan adalah analisis kovarian (ANAKOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan kemamuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah. Hal ini terlihat dari hasil uji-F ANAKOVA dengan Fhitung = 82,73 lebih Ftabel = 4,00. Konstanta persamaan regresi untuk pembelajaran kontekstual yaitu 57,025 lebi besar dari pembelajaran berbasis masalah yaitu 49,502. (2) Terdapat perbedaan motivasi belajar matematika siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah. Hal ini terlihat dari hasil uji-t dengan thitng = 2,37 lebih besar dari ttabel = 1,67. Selain itu rata-rata skor motivasi belajar matematika siswa kelas pembelajaran kontekstual 74,63 lebih tinggi disbanding kelas pembelajaran berbasis masalah 70,88. (3) proses jawaban siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual lebih baik dari proses jawaban siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis asalah. (4) respon siswa terhadap pembelajaran kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah adalah positif. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas pembelajaran kontekstual lebih unggul daripada siswa kelas pembelajaran berbasis masalah pada materi Persaaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel.