PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI EMASLIM (STUDI PERBANDINGAN ANTARA SMP NEGERI 2 DENGAN SMP SWASTA METHODIST LUBUK PAKAM)

Masalah tugas pokok dan peranan kepala sekolah dalam mengelola pendidikan merupakan sesuatu yang sangat urgen, terutama berkaitan dengan pelaksanaan peran sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator. Sebab peran EMASLIM itu berpengaruh besar terhadap tolak ukur keberhasilan lembaga pendidikan baik dalam proses belajar mengajar, maupun dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Peranan Kepala sekolah dalam membangun dunia pendidikan tergambar dan kemampuannya melaksanakan tugas melalui konsep yang dituangkan pada program kerja, dan diiringi dengan tatanan kerja serta disiplin kerja.Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan perbandingan peran EMASLIM Kepala SMP Negeri 2 dengan Kepala SMP Swasta Methodist dalam bentuk kinerja yang mereka lakukan pada sekolah yang berbeda status dan berbeda latar belakang pendidikan kepala sekolahnya. Apakah perbedaan status sekolah menunjukkan pengelolaan yang berbeda atau memiliki kesamaan kinerja.Untuk mengungkapkan peran EMASLIM dari kepala sekolah yang diteliti, penulis menggunakan metode kualitatif yang mengacu kepada teknis analisis model Hubermen dan Miles (1984), yang terdiri dari kegiatan reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan.Informan utama dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, informan pendukung adalah wakil kepala sekolah, pembantu kepala sekolah, tata usaha dan guru-guru. Selanjutnya penelitian ini mengungkapkan beberapa hal, yaitu : 1).Peran edukator yang dilakukan oleh Kepala SMP Negeri 2 dan Kepala SMP Methodist terdapat sedikit perbedaan, diantaranya dalam hal aktivitas mengajar , bagi Kepala SMP Negeri 2 ada aktivitas mengajar di kolas sebagai guru pengganti pada waktu guru-guru banyak yang berhalangan. Sedangkan Kepala SMP Methodist sama sekali tidak pernah mengajar di kelas. Demikian juga halnya dengan peran membimbing guru melalui pelaksanaan supervisi klinis, Kepala SMP Negeri 2 melakukan supervisi klinis, sedangkan Kepala SMP Methodist menugaskan wakilnya untuk kegiatan itu. (2).Dalam hal sistem penataan organisasi dan manajemen di SMP negeri 2 lebih terbuka dan demokratis, sedangkan sistem penataan organisasi dan manajemen di SMP Methodist terkesan agak tertutup dan bersifat diatur dari pimpinan (top down). (3). Peran administrator yang dilakukan Kepala SMP Negeri 2 belum maksimal dalam penataan administrasi sekolah bila dibandingkan dengan peran administrator yang dilakukan oleh Kepala SMP Methodist yang lebih sistematis dan teratur. (4). Peran Kepala SMP Negeri 2 sebagai leader, innovator dan motivator, menunjukkan karakteristik yang sedikit berbeda dengan peran Kepala SMP Methodist, yaitu dalarn hal penataan dan pengembangan sekolah. Kepala SMP Negeri 2 dalam penataan dan pengembangan sekolah melakukan kerjasama dan sama-sama bekerja dengan para Wakil Kepala sekolah, guru, karyawan serta siswa, sedangkan bagi SMP Methodist kegiatan itu lebih dominan dilakukan secara mandiri oleh orang-orang tertentu yang telah ditunjuk oleh pimpinan perguruan dan oleh kepala sekolah.