KAJIAN BENTUK KAIN DONGGALA

Juliana, Netty (2013) KAJIAN BENTUK KAIN DONGGALA. Jurnal Seni Rupa FBS Unimed, 10 (01). ISSN 1829-8230

[thumbnail of Full Text, Cover.pdf]
Preview
Text
Full Text, Cover.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview

Abstract

Kriya tekstil Indonesia sangat beranekaragam bentuknya seperti batik, bordir, jumputan, tritik, pelangi, pacth work, anyaman, tenun dan lain sebagainya. Prodak yang di hasilkan masyarakat Indonesia kaya akan bentuk ragam hias (ornamen), warna, material yang digunakan dilakukan secara tradisional. Sehingga kain tradisional di tiap-tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing dan ragam hias memiliki simbol yang unik sesuai dengan latar belakang sejarah. Warna yang diterapkan pada kriya tekstil pada mulanya menggunakan warna alamiah, yang mana bahannya berasal dari tumbuh-tumbuhan antaralain: kulit manggis, buah pacar, teh, daun mengkudu, daun suji, kulit kayu, akar tanaman, dan sebagainya. Proses pewarnaan kriya tekstil dilakukan secara manual dengan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan satu set kain panjang (sarung dan selendang).Seiring kemajuan pengetahuan dan teknologi, maka tekstil tradisional di Indonesia sudah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat pada pengrajin home industri kain tenun di daerah Donggala. Ragam hias yang terdapat pada kain tradisional Donggala yakni buya bomba dan buya sabe. Bentuk corak kain tradisional Donggala lebih sederhana bila dibandingkan dengan kain tenun Kalimantan dan kain songket. Dalam setiap lembar kain tenun Donggala hanya menggunakan satu bentuk corak, tidak pernah menggunakan dua atau tiga bentuk ragam hias. Bentuk ragam hias kain Donggala antaralain: bunga mawar,buah apel, kamboja, dedaunan, geometrik (kotak-kotak dan garis), dan lain-lain. Semua bentuk corak diatas diaplikasikan secara stilasi ataupun abstrak.Warna yang diterapkan pada kain tenun Donggala yakni warna merah anggur, hitam, biru dongker, kuning tua, dan lain-lain. Benang pakan dan lungsi menggunakan warna Napthol yang memiliki daya serap yang baik pada bahan kapas dan sutera. Sedangkan pada benang pakan tambahan biasanya menggunakan benang perak dan benang emas yang berbahan sintesis. Benang pakan dan lungsi ditenun dengan menggunakan ATBM gendongan yakni alat tenun bukan mesin. Bertenun adalah salah satu yang dilakukan kaum hawa di daerah Donggala sebagai mata pencarian mereka, selain sebagai ibu rumah tangga.

Item Type: Article
Keywords: Batik; Kain; Sarung; Selendang
Subjects: N Fine Arts > NC Drawing. Design. Illustration
N Fine Arts > ND Painting > ND1115 Study and teaching
Divisions: Fakultas Bahasa dan Seni > Pendidikan Seni Rupa
Depositing User: Mr Renaldi Syafaruddin Akbar
Date Deposited: 18 Apr 2016 07:19
Last Modified: 21 Apr 2016 08:07
URI: https://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/1240

Actions (login required)

View Item
View Item