Identifikasi Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya di Tapanuli Bagian Selatan (TABAGSEL) Provinsi Sumatera Utara

Thamrin (2009) Identifikasi Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya di Tapanuli Bagian Selatan (TABAGSEL) Provinsi Sumatera Utara. Technical Report. Lembaga Penelitian, Medan.

[thumbnail of report.pdf]
Preview
Text
report.pdf - Published Version

Download (21MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akar masalah kemiskinan masyarakat di
Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) sebagai salah satu daerah yang mempunyai angka
kemiskinan yang relatif tinggi dibanding daerah lainnya di propinsi Sumatera Utara.
Upaya identiflkasi ini dapat digunakan sebagai dasar rasional dalam merancang dan
mengimplementasikan strategi dan program-program perencanaan pembangunan untuk
mengentaskan kemiskinan di Tabagsel.
Penelitian direncanakan berlangsung selama enam bulan (Maret sampai dengan
Oktober) dengan mengambil sampel Tapanuli Bagian Selatan (TABAGSEL). ldentifikasi
yang akan dilakukan akan diarahkan untuk menemukan model strategi pengentasan
kemiskinan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah setempat untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan dan program-program pembangunan yang ditujukan untuk
memperkecil angka kemiskinan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-eksploratif untuk mengidentifikasi
gejala dan akar permasalahan kemiskinan. Selanjutnya dirumuskan model strategi
pemberdayaan masyarakat dalarn pengentasan kemiskinan di Tabagsel Propinsi Sumatera
Utara.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rata-rata kepala keluarga miskin tidak
mempunyai aset laban untuk usaha pertanian yaitu 238 KK (3 1,2 persen), tidak mempunyai
kebun 217 KK (28,4 persen), tidak mempunyai tambak 758 KK (99,2 persen), dan tidak
mempunyai tanah pekarangan sebanyak 691 KK ( 90,4 persen). Sebanyak 197 KK (25.8
persen) bekerja sebagai upahan (buruh tani, buruh bangunan, mocok-mocok).Umumnya
kepala keluarga tidak mempunyai ternak untuk dijadikan objek pendapatan yaitu 761 KK
tidak mempunyai sapi, 754 KK tidak mempunyai kerbau, 749 KK tidak mempunyai
karnbing dan 633 KK tidak mempunyai ternak ayarn dan itik .. Tingkat pendidikan masih
sangat rendah dimana 248 KK (32,5 persen) tidak tamat SO, dan tarnat SO 384 KK (50,3
persen), dan hanya 4 KK (0,5 persen) yang menamatkan diploma, serta tidak seorangpun
diantara mereka yang menarnatkan S l.Faktor internal yang terakhir secara umum (hasil
essay RT) disimpulkan bahwa mereka tidak mau beralih ke sektor lain (tetap di sektor
pertanian tradisional), pemerintah banyak memberi janji yang tidak terwujud, tidak
terintegrasi (terpadu) dalarn intervensi pemerintah tetapi secara parsial dari 49
mengungkapkan persoalan yang dihadapi, cepat puas, dan pesimis, serta etos kerja yang
masih kurang, pupuk yang tidak tersedia
Faktor ekstemal menunjukkan bahwa Jumlah dokter yang bertugas di Puskesmas
masih kurang rata-rata hanya
tersedia seorang dokter setiap puskesmas, 30 puskesmas tidak mempunyai
dok:ter gigi, hanya ada 32 Puskesmas yang mempunyai bidan dari 56 puskesmas yang
diteliti.Ketersediaan obat-obatan dan jarum suntik masih kurang cukup didapati pada
12 puskesmas dari 56 puskesmas yang diteliti. Selanjutnya kondisi bangunan SO
umumnya baik, hanya yang rusak 5% dan rusak berat 0.5%, Rasio murid dengan guru secara total telah baik yakni orang guru berbanding
dengan 28 murid. Namun rasio ini tidak menyebar secara rnerata di sernua
kecamatan, sehingga ada kecamatan seperti kecamatan di Paluta dan Palas rasio.nya adalah
1:40 .Jwnlah rnurid yang mendapat beasiswa cukup signifikan yakni 85 % dari dana
BOS, baik SD maupun SLTP. Jwnlah pendapatan sekolah dari dana BOS hampir merta
diseluruh sokolah yang diteliti, namun masih sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan
sekolah ..
Observasi Komunitas yang dilakukan terdapat dari 5 Kabupaten/Kota yang
diobservasi, 45,7 persen tidak mempunyai
sekolah TK sebagai pengembangan bakat dan minat sejak dini dalam
pengembangan swnber daya manusia. Sebanyak 25,8 persen tidak mernpunyai pasar, 23,3
persen tidak mempunyai koperasi, dan 24.5 persen dijumpai adanya Bank
Sebanyak 15,3 persen tidak mempunyai bus besar angkutan umum, dan
23,7 persen tidak ada becak.

Item Type: Monograph (Technical Report)
Subjects: H Social Sciences > HB Economic Theory. Demography
Divisions: Lembaga Penelitian
Depositing User: Cut Lidya Mutia
Date Deposited: 13 Jun 2023 08:17
Last Modified: 19 Jun 2023 10:13
URI: https://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/52799

Actions (login required)

View Item
View Item