PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan : (1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung. (2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung (3) pola jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini siswa Sei Kanan yang terakreditasi B. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan berpikir kreatif (2) tes kemampuan pemecahan masalah, dengan pokok bahasan segi empat. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan pola jawaban siswa pada model pembelajaran berbasis masalah dan pengajaran langsung. Analisis inferensial data dilakukan dengan analisis kovarians (ANAKOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANAKOVA) untuk F hitung adalah 70,43 lebih besar dari F tabel yaitu 4,00. Konstanta persamaan regresi untuk pembelajaran berbasis masalah yaitu 8,24 lebih besar dari pembelajaran langsung yaitu 5,39. (2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari hasil analisis kovarians (ANAKOVA) untuk F hitung adalah 77,80 lebih besar dari F tabel yaitu 4,00. Konstanta persamaan regresi untuk pembelajaran berbasis masalah yaitu 47,65 lebih besar dari pembelajaran langsung yaitu 22,31. (3) Pola jawaban siswa pada pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika dapat dijadikan alternatif bagi guru matematika dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematika siswa.